Kebaikan seseorang ditentukan bukan terutama oleh kata-katanya, melainkan dari perbuatan



Kebaikan seseorang ditentukan bukan terutama oleh kata-katanya, melainkan dari perbuatan atau perilakunya. Tidak cukup mengaku “baik”, kalau perilakunya  tidak baik. Tidak cukup bilang  “sayang”, kalau tidak sungguh mengasihi secara konkrit. Tegasnya, perbuatan adalah bukti nyata dari apa yang  dikatakan. Manusia bisa saja dikibuli dengan kata-kata manis atau perbuatan munafik yang pura-pura “baik”. Tetapi TUHAN tidak akan bisa ditipu! Sebab, TUHAN  mampu melihat lubuk  hati yang terdalam di dalam hati sanubari seseorang. TUHAN mengetahui isi dan seluk beluk pikiran kita. Karena itulah dalam kotbah di bukit,  YESUS  mengingatkan para murid  dan kita semua pada zaman ini : “Bukan setiap orang yang berseru kepada-KU: TUHAN, TUHAN! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan Kehendak BAPA-KU  yang di Surga” (Mat. 7: 21). Jadi, orang yang mampu berbuat dan mengerjakan Kehendak BAPA, bukan orang yang hanya berbicara atau menyebut “TUHAN, TUHAN”  yang akan diselamatkan. Bagi YESUS, orang seperti itu sama dengan “orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu”.  Dengan demikian, ukuran kebaikan seseorang tidak terletak apa yang diucapkan saja, melainkan apa yang dilakukannya. Orang boleh saja mengucapkan kata-kata muluk atau janji-janji indah, tetapi kalau tidak diwujudkan dalam perbuatan konkrit, maka hal itu tidak ada gunanya sama sekali!

Kadang-kadang orang mungkin mengakui  “percaya kepada ALLAH  dengan bibir”, tetapi tidak demikian dalam perbuatannya. Rasanya tidak sulit mengucapkan rumusan doa “Aku percaya”, tetapi akan sangat sulit untuk sungguh-sungguh menghidupi etika Kristiani. Sering terjadi adanya jurang yang menganga antara : perkataan dan perbuatan. ALLAH tidak bisa diperdaya oleh kata-kata yang indah atau doa yang panjang-panjang, melainkan diyakinkan oleh perbuatan-perbuatan yang nyata! Semoga Sabda TUHAN hari ini mendorong kita untuk menyatukan antara kata dan perbuatan secara konsisten dan kontinyu, sehingga kata dan perbuatan kita mencerminkan diri kita sendiri. Dan TUHAN pun mengenal kita dari buah-buah yang kita hasilkan. Khusus bagi mereka yang mempersiapkan diri sebagai pemimpin, kiranya tidak mudah untuk mengobral janji belaka!

Janganlah sampai kita seperti raja Yehuda, Yoyakim, yang memerintah selama sebelas tahun lamanya, tetapi “ia melakukan  apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya” (2Raj. 23: 37). Akibat perbuatan-perbuatan jahatnya, maka ALLAH menjadi murka, dan IA  menghukumnya melalui serangan yang dilakukan raja Babel, Nebukadnezar, ke Yerusalem. Maka raja Yoyakim beserta seluruh keluarganya dan semua isi istananya serta seluruh kekayaan Bait ALLAH diangkut  paksa ke Babel. Demikian pula seluruh perajurit dan penduduk Yerusalem dipaksa ke tempat pembuangan di Babel. Yang tinggal di Yerusalem hanya disisakan orang-orang yang miskin dan lemah. Sungguh suatu pengalaman yang sangat memilukan bagi kerajaan Yehuda dan rakyatnya (lihat Bacaan Pertama).

Lain cerita adalah Santo Ireneus (130-202), yang lahir di Asia Kecil dan berkarya sebagai imam kemudian diangkat sebagai Uskup di Lyon, Perancis. “Ireneus”  dari kata Yunani berarti “pencinta damai”. Ia seorang teolog, pengikut YESUS  yang setia dalam mengamalkan imannya kepada YESUS, bukan hanya secara teoritis melainkan terutama dengan perbuatan-perbuatan nyatanya. Dengan berani ia melawan kesesatan yang terjadi pada sekitar abad pertama dan ke dua itu, yaitu aliran gnostik yang pada dasarnya mempertentangkan secara ekstrim antara “materi” dan “roh”, serta tidak mengakui Alkitab. Berkat bimbingan rohani langsung  dari Santo Polikarpus (Uskup dan martir di Smyrna, Turki), ia berhasil memiliki iman yang sangat kuat. Keyakinannya adalah “di mana ada Gereja, di situ ada ROH KUDUS”.  Berbekal iman yang teguh dan berkat keyakinannya itu, Ireneus sebagai Uskup, menata Gereja muda di Lyon. Dengan berani ia melawan ajaran sesat, walaupun untuk itu semua taruhannya adalah nyawanya sendiri. Semoga kita semua, warga Gereja di Indonesia, dapat meneladaninya dengan memiliki spiritualitas dan iman serta keyakinan dan keberanian seperti Santo Ireneus, sehingga kita mampu menjaga kemurnian iman kita dan berani menegakkan kebenaran, keadilan, kejujuran dan mengusahakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat kita. 


Ya YESUS, bantulah aku dalam membentuk  diriku, sehingga dapat membangunnya di atas “batu karang iman” dan keyakinan yang kokoh kepada-MU. Semoga aku tidak hanya menjadi pendengar saja melainkan terutama jadi  pelaksana Sabda-MU. Amin. 


Selamat pagi. Selamat beraktivitas. AMDG. Berkat TUHAN.
RAGI Kamis 28 Juni 2018  Peringatan Wajib Santo Ireneus, Uskup & Martir :   2Raj. 24: 8-17;  Mzm. 79: 1-2, 3-5, 8, 9; Mat. 7: 21-29.

Post a Comment

Previous Post Next Post